Kota Mekah, sebagai kota suci umat Islam, memiliki banyak obyek wisata (ziarah) bersejarah. Di sekitar Masjidil Haram saja, yang menjadi pusat kota tersebut, terdapat beberapa obyek penting yang berkaitan dengan sejarah. Seperti tempat kelahiran Nabi Muhammad Saw, yang sekarang dijadikan area perpustakaan (maktabah), masjid Jin (tempat kelompok jin menghadap Nabi Saw, untuk masuk Islam), masjid Sajarah (tempat pohon ruku dan sujud, sebagai bukti mukjizat Nabi Saw), masjid Kucing (bekas tempat tinggal sahabat Abu Hurairah yang suka memelihara kucing), dll.
Termasuk Hudaibiyah. Sebuah perkampungan kecil di jalur jalan lama Mekah-Jeddah. Pada jalur jalan itu, terdapat museum Ka’bah, pabrik pembuatan Kiswah (kain penutup Ka’bah), dan banyak peternakan unta yang menyediakan jualan susu unta segar.
Hudaibiyah menjadi salah satu ikon penting dalam sejarah perkembangan Islam. Di tempat itu, pada awal tahun ke 8 Hijrah, berlangsung perjanjian antara umat Islam dari Madinah pimpinan Nabi Muhamad Saw dengan umat Musyrikin Mekah.
Ketika itu, Nabi Muhammad Saw bersama ratusan umat Islam Madinah, bermaksud menunaikan ibadah umrah. Namun umat musrikin Mekah tidak mengijinkan masuk. Sehingga rombongan tertahan di Huidaibiyah.
Setelah berunding, maka dibuatlah sebuah naskah perdamaian, yang klausul-klausulnya didiktekan kaum musyirikin, dan secara tersurat sangat merugikan kaum Muslimin. Antara lain, setiap penduduk Mekah yang datang ke Madinah untuk memeluk Islam, agar segera dipulangkan ke Mekah. Sedangkan penduduk Madinah yang datang ke Mekah, tidak boleh kembali ke Madinah. Kaum musyrikin mengharapkan, dengan adanya perjanjian serupa itu, mereka akan mendapat keuntungan. Nabi Muhammad Saw menerima klausul-klausul tersebut tanpa koreksi sedikit pun.
Para sahabat yang menyaksikan merasa heran. Namun Nabi Saw menyatakan, bahwa hanya Allah SWT dan RasulNya yang mengetahui dampak dari perjanjian itu kelak.
Untuk menjaga persatuan dan kesatuan akibat perbedaan persepsi terhadap isi perjanjian yang dinilai berat sebelah, umat Islam segera melaksanakan janji setia kepada Rasulullah Saw. Perjanjian yang dilakukan di bawah sebatang pohon rimbun itu, terkenal dengan sebuat “Bai’atur Ridwan” . Sumpah setia penuh keridlaan. Sebuah peristiwa unik dan heroik yang diabadikan dalam al Qur’an, S.al Fath : 18. “Sesungguhnya Allah telah meridlai orang-orang mu’min yang berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon.
Ternyata prediksi Nabi Saw sangat tepat. Orang-orang Mekah yang datang ke Madinah, ternyata kemudian mempelajari seluk-beluk Islam. Menyatakan masuk Islam secara “kaaffah” (lengkap sempurna), sebelum mereka diharuskan kembali ke Mekah sesuai perjanjian. Di Mekah, para “mualaf” ini berhasil menyebarkan ajaran Islam kepada lingkungan keluarga dan kenalannya yang masih musyrik.
Begitu pula, orang Madinah yang sudah betul-betul Muslim, setelah masuk Mekah tidak boleh kembali lagi ke Madinah. Sehingga leluasa berjuang menyebarkan Islam di kalangan orang-orang Mekah yang sudah mulai condong kepada ajaran Islam.
Sehingga, kondisi penduduk kota Mekah benar-benar telah tercipta sedemikian rupa, untuk menerima Islam yang 8 tahun lalu mereka tentang keras, dan umatnya mereka usir ke Madinah.
Maka pada tahun 8 Hijrah itu juga, Nabi Muhammad Saw datang kembali ke Mekah.Tak ada yang berani mencegah, seperti terjadi sebelumnya di Hudaibiyah. “Futuh Mekkah” atau penaklukan Mekah, berlangsung damai. Penduduk Mekah yang masih musyrik, merasa ketakutan. Namun Nabi Saw segera meredakan suasana. Beliau mengumumkan, semua penduduk Mekah yang masih belum menerima Islam, akan selamat jika berkumpul di dua tempat. Di Masjidil Haram, atau di rumah Abu Sufyan, tokoh utama musyrikin Mekah yang masih ada.Tokoh lainnya, yaitu Abu Jahal dan Abu Lahab sudah meninggal dunia.
Kemenangan umat Islam dalam “Futuh Mekah”, dikisahkan dalam Quran, S.al Fath ayat 1-3 : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kemenangan yang nyata. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosa-dosamu yang telah lalu dan akan datang, serta menyempurnakan ni’matNya atasmu dan memimpin kamu ke jalan lurus.Dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat.”
Sebagai tanda kemenangan, sahabat Bilal segera naik ke atap Ka’bah. Melantunkan adzan. Diikuti oleh penyucian Ka’bah dari segala macam noda kotoran. Terutama patung-patung berhala. Kemusyrikan telah lenyap. Berganti dengan ketauhidan.