Manajemen Ramadhan Rasulullah

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan 1433H

Tak terasa sebentar lagi, ditahun 2012 ini kita akan memasuki Ramadhan 1433H, bulan penuh berkah dan ampunan.
Tak ada salahnya bila kita lihat lagi apa saja yang perlu dilakukan, agar nilai ibadah shaum/puasa kita bisa lebih berkualitas dan barokah ?
Mari kita telusuri bagaimana Rasulullah Saw dan generasi Islam pertama, generasi terbaik umat ini, menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Untuk mendapatkan gambaran utuh dari manajamen Ramadhan Rasul Saw. ada empat situasi yang perlu kita perhatikan.
Pertama, sebelum memasuki Ramadhan.
Kedua, saat memasuki Ramadhan.
Ketigasetelah memasuki Ramadhan.
Keempat, ketika memasuki 10 hari terakhir.
 
Pertama, sebelum memasuki Ramadhan
Para Sahabat dan generasi setelah mereka (Tabi’in) selalu merindukan kedatangan Ramadhan.
Mereka selalu berdoa agar diberi Allah kesempatan menemui Ramadhan sejak enam bulan sebelum Ramadhan tiba.
Kemudian selama enam bulan sejak Ramadhan berlalu, mereka berdoa agar Allah swt terima semua amal ibadah mereka di bulan itu.

Di antara doa mereka ialah : Yaa Allah, sampaikan aku ke Ramadhan dalam keadaan selamat. Yaa Allah, selamatkan aku saat Ramadhan dan selamatkan amal ibadahku di dalamnya sehingga menjadi amal yang diterima.

 
Kedua, saat memasuki Ramadhan
Saat hilal muncul di ufuk pertanda Ramadhan tiba, Rasul dan para Sahabat melihat dan menyambutnya dengan suka cita sambil membacakan doa seperti yang diceritakan Ibnu Umar ra  dalam hadits berikut :
Rasulullah Saw. melihat hilal (anak bulan) dia berkata :

”Allah Maha Besar.
Ya Allah, jadikanlah hilal ini bagi kami membawa keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman dan taufik kepada yang dicintai Rabb kami dan diridhai-Nya.
Rabb kami dan Rabbmu (hilal) adalah Allah. (HR. Addaromi).

Dengan harapan, jika amal ibadah Ramadhan dijalankan dengan ikhlas dan khusyu’, mereka akan meraih rahmat, ampunan dan terbebas dari api neraka.
Ketiga, setelah memasuki Ramadhan
Apa yang dilakukan Rasulullah saw dan para Sahabat setelah memasuki Ramadhan?

Setelah memasuki bulan Ramadhan, sejak hari pertama dan sampai hari terakhir, Rasulullah dan para Sahabat meningkatkan kemampuan menahan diri dari berbagai syahwat, seperti syahwat telinga, syahwat mata, syahwat lidah, syahwat perut (makan dan minum), syahwat kemaluan, syahwat cinta dunia, syahwat kesombongan dan berbagai syahwat yang memalingkan mereka dari mengingat dan cinta pada Allah swt serta akhirat.

Latihan mengendalikan dan menundukkan berbagai syahwat ini dilakukan sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari.
Inilah inti shaum (puasa) Ramadhan yang diwajibkan Allah.

Aisyah ra. meriwayatkan : Rasulullah adalah orang yang paling dermawan.
Di bulan Ramadhan Beliah lebih dermawan lagi ketika bertemu Jibril.
Jibril menemui Beliau setiap malam Ramadhan untuk mengajarkan (mudarosah) Al-Qur’an.
Sebab itu, kederwawanan Rasul Saw. di bulan Ramadhan lebih kencang dan lebih merata dari angin.
(HR. Bukhari).

Inilah contoh nyata dari Rasul Saw. dan para Sahabat ketika mereka memasuki bulan Ramadhan.
Keempat, ketika memasuki 10 hari terakhir Ramadhan
Jika kita teliti prilaku hidup Rasulullah Saw. dan para Sahabat di bulan Ramadhan, kita menemukan berbagai keajaiban.
Di antaranya ialah, saat memasuki 10 hari terakhir Ramadhan.
Apa yang mereka lakukan sangat kontras dengan apa yang terjadi di negeri ini.
10 Hari terakhir Ramadhan mereka habiskan di masjid, bukan di pasar atau di mall untuk sibuk berbelanja kebutuhan Lebaran hingga meninggalkan amalan amalan Ramadhan, tempat kerja, di pabrik, kunjungan daerah dan sebagainya.

Menurut persepsi dan perilaku kebanyakan masyarakat Muslim Indonesia, 10 terakhir Ramadhan itu adalah kesempatan berbelanja untuk mempersiapkan keperluan lebaran dan pulang kampung, kendati mengakibatkan harga-harga semua barang naik dan membubung.

Anehnya, mereka ikhlas dan tetap semangat berbelanja.
Sebab itu, mereka meninggalkan masjid-masjid di malam hari dan tumpah ruah ke tempat-tempat perbelanjaan sejak dari yang tradisional sampai ke mal-mal modern.
Lalu apa yang terjadi?
Berbagai syahwat cinta dunia tidak berhasil dikendalikan, dan bahkan cenderung dimanjakan di bulan yang seharusnya dikendalikan.
Pada waktu yang sama, semangat beramal ibadahpun tidak terbangun dengan baik sehingga kehilangan banyak momentum dan keistimewaan yang dijanjikan Allah swt dan Rasul NYA.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari, Abu Daud dan Ibnu Majah bahwa Rasulullah Saw.
beri’tikaf 10 hari terakhir Ramadhan.
Inilah prilaku yang dibangun Rasulullah Saw. saat memasuki 10 hari terakhir Ramadhan dan diteruskan oleh para Sahabat dan istri-istrinya sepeningggalan Beliau.
Pertanyaannya adalah : Bukankah Rasulullah saw orang yang paling sibuk mengurusi umatnya?
Bukankah para Sahabat orang yang paling giat berdakwah dan berjihad di jalan Allah swt?
Lalu, kenapa mereka bisa melaksanakan i’tikaf di 10 terakhir Ramadhan?

Jawabannya ialah : itulah jalan yang harus ditempuh sebagai bagian dari sistem Allah swt yang menyampaikan hamba-Nya ke tingkat taqwa, tak terkecuali Rasulullah saw dan para Sahabatnya.

Lalu bagaimana dengan kita?
Sudah pasti jalannya sama jika menginginkan sampai ke peringkat yang sama (taqwa).

Saibah mengajak untuk menikmati 10 hari Terakhir Ramadhan dengan kegiatan Umrah yang disambung dengan I’tiqaf di Masjidil Haram. Khusyuk beribadah hanya untuk Nya.

Referensi: voa-islam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *