Sumber Republika
“Bismillahi Allahu Akbar, Bismillahi Allahu Akbar, Bismillahi Allahu Akbar.” Katakata ini terus diucapkan jamaah umrah ketika memulai tawaf sambil melihat ke arah pintu Ka’bah dan mengangkat tangan serta melemparkan cium melalui tangan ke arah pintu ka’bah. Tawaf adalah suatu ritual mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali sebagai bagian pelaksanaan ibadah haji atau umrah. Memang terlihat sangat sederhana namun saat dilakukan bersama ribuan orang menjadi hal yang cukup menantang. Terlebih ketika musim haji tiba, keadaan akan semakin padat.
Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Cholil Nafis PhD menjelaskan pada saat tawaf salah satu syaratnya haruslah dalam keadaan suci atau dalam keadaan berwudhu. Namun, karena padatnya lokasi tawaf, jamaah pasti akan sering tersenggol dengan umat Muslim lainnya yang bukan mahramnya. Menurut madzhab Imam Syafii, hal tersebut akan membatalkan wudhu. Sebaiknya pindah ke madzhab Imam Maliki, sebab, menurutnya, tidak akan batal wudhu jika bersentuhan dengan bukan mahram selama tidak syahwat. “Selama di Tanah Suci kita ikuti mahzab yang jika bersentuhan tidak batal wudhu,” katanya. Ia menambahkan, dalam keadaan padat seperti itu akan sangat mungkin terlepas dari rombongan. Untuk itu, ia menyarankan agar jangan sampai lepas mitra. Harus selalu dekat dengan mahramnya, boleh suami, istri ataupun ibu. “Bergandengan tangan saja, atau dipeluk,” katanya.
Selain itu, wanita, baik istri ataupun ibu harus ditempatkan di depan. Jangan dibiarkan di belakang sang suami. Wanita itu lebih lemah fisiknya, karena itu harus dijaga oleh mahramnya. Sebelum memulai tawaf, lanjutnya, sebaiknya tentukan meeting pointsebagai bentuk antisipasi jika terlepas dari rombongan. Tandai akan ketemu di arah mana. Misalnya di pintu Alfatah atau tempat lain arah ke Safa Marwah sebelum melakukan sa’i. Mengenai doa, saat tawaf tidak ada doa-doa yang diwajibkan. Semua doa sunnah. Terlebih ketika keadaan padat akan sulit membaca doa dari buku karena akan tersenggol. “Karena itu, bacalah doa yang dihafal saja, boleh dzikir, shalawat, istighfar atau yang lainnya,” jelasnya.
Ia menambahkan jamaah juga sering lupa akan hitungan putaran. Untuk menghindari agar tidak lupa, jamaah sebaiknya menghitung dengan kepalan tangan atau dengan tasbih yang hanya terdiri dari tujuh buah. Menurutnya, posisi terbaik tawaf adalah selalu menghadap Ka’bah. Allah akan memberikan pahala yang besar dan Allah akan menurunkan 80 rahmat. “Pada saat tidak tawaf pun bagus sering-sering lihat Ka’bah,” katanya. Tak hanya itu, saat tawaf tidak boleh melewati Hijr Ismail, sebab tawaf itu sama saja dengan putaran awal tujuh langit. “Putarnya ke kiri, kalau putar ke kanan sulit,” katanya. Waktu paling padat saat hari biasa un tuk melakukan tawaf adalah saat shalat Ashar hingga menjelang salat Maghrib dan Isya. Penyebabnya, banyak orang ingin shalat berjamaah di area Ka’bah sehingga area tawaf menjadi semakin sempit dan jamaah wanita akan diminta pergi ke area shalat perempuan.